PEREMPUAN DI TITIK NOL
(Adaptasi dari Novel Nawal El Sadawi
)
Tokoh
:
-
Dokter
Penjara (laki-laki)
-
Psikiater
( perempuan )
-
Polisi
Penjara ( Laki-laki )
-
Firdaus
( perempuan )
-
Sipir
1
-
Sipir
2
Dokter
penjara : "Anda tidak akan pernah menjumpai orang seperti dia
di dalam maupun di luar penjara ini. la
menolak semua
pengunjung, dan tidak mau berbicara
dengan siapa pun juga.
Biasanya ia tidak menyentuh makanan
sama sekali, dan tetap
tidak tidur sampai pagi hari.
Psikiater : Lalu
apa yang dikerjakannya ??
Dokter Penjara : Kadang-kadang penjaga
penjara
mengamati apabila dia sedang duduk
sambil memandang
dengan kosong ke depan berjam-jam
lamanya. Suatu hari ia
minta sebuah pena dan kertas, kemudian
ia habiskan waktu
berjam-jam lamanya dengan membungkuk di
atas pena dan
kertas itu tanpa bergerak. Si penjaga
tidak dapat mengatakan
apakah ia menulis sebuah surat atau
berbuat yang lainnya.
Barangkali ia sama sekali tidak menulis apa-apa."
Psikiater: "Apakah ia mau bertemu
dengan saya?"
Dokter
Penjara : Saya akan mencoba membujuknya untuk berbicara
dengan Anda barang sesaat, Mungkin ia
setuju
jika saya jelaskan bahwa Anda adalah
seorang psikiater,
dan bukan salah seorang pembantu Jaksa
Penuntut Umum.
Psikiater : “kenapa ?? ..
Dokter Penjara : la menolak untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan saya.
Malahan ia pun menolak untuk
menandatangani permohonan
kepada Presiden supaya dengan begitu
hukumannya dapat
diubah menjadi hukuman kurungan badan
seumur hidup."
Psikiater : Siapakah yang membuat surat
permohonan itu untuknya?"
Dokter Penjara : Sayalah yang
membuatnya,,Terus terang
sesungguhnya saya merasa bahwa dia
bukan pembunuh. Bila
Anda memandang muka, matanya, Anda tak
pernah akan
percaya, bahwa seorang wanita yang
begitu lemah-Iembut dapat
membunuh."
Psikiater : "Siapa bilang bahwa
suatu pembunuhan tidak menghendaki
seseorang yang lemah-Iembut?"
Dokter Penjara : ( memandang kepada
saya dengan sikap heran sekejap
lamanya, dan kemudian tertawa gelisah.)
"Pernahkah Anda membunuh
seseorang?"
Psikiater : "Apakah saya seorang
wanita lemah-Iembut?"
Dokter Penjara : ( memalingkan
kepalanya ke satu sisi, menunjuk pada
sebuah jendela yang amat kecil, dan
berkata,) "Itulah selnya.
Saya akan pergi ke sana dan berusaha
membujuknya supaya
datang dan menemui Anda."
Tak lama kemudian ia kembali tanpa dia.
Firdaus telah
menolak untuk menemui anda …
Psikiater : bisakah saya milihat
keadaan sel firdaus ( minta izin kepada Polisi penjara )
Polisi Penjara : "Tiada gunanya,
Dokter. la tidak akan mau menemui Anda."
Psikiater : "Mengapa?"
Polisi Penjara : "Mereka
akan menggantungnya beberapa hari lagi. Apa
gunanya Anda, atau orang lain bagi dia?
Biarkan saja dia!"
(Ada nada marah dalam suaranya. la
melihat pada saya
dengan pandangan marah)
Psikiater : Saya
sama sekali tidak berurusan dengan para penguasa,
baik di tempat ini maupun di tempat
yang lain,"
Polisi penjara : "Itulah yang
selalu mereka katakan semua," ( dengan sikap marah.)
Psikiater : "Apa sebabnya kau naik
pitam?"
Polisi penjara : "Kau piker Firdaus
itu tidak bersalah, bahwa dia tidak membunuh orang
itu?" ( menjawab dengan sikap yang
lebih galak)
Psikiater : "Pembunuh atau bukan,
dia adalah seorang wanita yang tidak bersalah dan
dia tak perlu dihukum mati. Mereka
itulah orang-orangnya yang harus dihukum mati."
Polisi penjara : "Mereka? Siapakah mereka itu?"
la melihat kepada saya dengan sikap
curiga dan berkata,
"Lebih baik Anda katakan kepada
saya, siapa sebenarnya Anda
ini? Apakah mereka itu yang mengirim
Anda kemari?"
Psikiater : "Siapa
yang Anda maksud dengan 'mereka'?"
Polisi penjara :( la
melihat keliling dengan hati-hati, hampir ketakutan, dan melangkah, mundur
menjauh )
'''Mereka' ... Maksud Anda mengatakan
bahwa Anda
tidak kenal mereka itu?"
Psikiater : "Tidak,"
Polisi penjara : (mengeluarkan
bunyi tertawa yang pendek dan penuh ejekan sambil berlalu dan mendengar ia
bergumam kepada dirinya sendiri):
"Bagaimana mungkin bahwa ia
sendiri saja yang tidak mengenal mereka?"
Tak lama kemudian Dokter penjara
kembali tanpa dia.
Dokter penjara : “Firdaus telah menolak
untuk menemui anda …( berlalu meninggalkan panggung )
Psikiater : (tampak gusar dan kecewa ) "Wanita
macam apa dia? Sejak dia menolak saya, apakah
hal itu berarti bahwa dia adalah
pribadi yangrlebih'baik dari saya? lagi pula, dia pun menolak untuk mengirim
permohonan kepada Presiden supaya melindunginya dari hukuman mati …
Apakah itu merupakan tanda bahwa dia
lebih baik dari Kepala Negara?"
(sambil merapikan barang bawaan dan
bersiap untuk pergi)
Pada saat Psikiater berjalan hendak
keluar panggung, datnag seorang sipir dari belakang panggung..
Sipir : Dokter…dokter ( mehampir Psikiater dengan
nafas terengah engah engah)… Firdaus Dokter .. Firdaus dia ingin bertemu dengan
anda …
Psikiater :"Apakah Firdaus berkata
kepada Anda bahwa dia mengenal saya?"
Sipir
: "Tidak, ia tidak mengatakan
apa-apa," Tetapi dia mengenal
Anda..
Psikiater : "Bagaimana Anda tahu,
bahwa dia mengenal saya?"
Sipir : "Saya dapat menerka perasaannya.
Psikiater berdiri terpaku seperti
berubah menjadi batu. Sipir berjalan meninggalkan untuk menjemput firdaus .
Firdaus : B IARKAN SAYA
BERBICARA jangan
memotong pembicaraan
saya. Saya tak punya waktu untuk
mendengarkan
Anda. Mereka akan datang
menjemput saya pukul enam malam ini. Besok pagi saya tak akan berada di sini
lagi.
Saya juga tidak akan berada di
tempat mana pun yang diketahui orang.
Pejalanan ke suatu tempat yang
tak seorang pun di dunia ini tahu letaknya, memenuhi diri saya dengan rasa
bangga. Seumur hidup saya telah mencari sesuatu yang akan mengisi diri saya
dengan perasaan bangga, membuat saya merasa lebih unggul dari siapa pun juga,
terrnasuk para raja, pangeran dan
para penguasa.
Psikiater : baiklah..bicaralah …
Ayah saya seorang petani
miskin, yang tak dapat membaca maupun menulis, sedikit pengetahuannya dalam
kehidupan. Bagaimana caranya bertanam,
bagaimana ia menjual kerbau yang lelah diracun oleh musuhnya sebelum mati,
dan bagaima ia menukar anak gadisnya dengan imbalan
maskawin ..tapi pamanlah yang mebesarkan saya, tapi semua
itu tidak saya dapatkan secara geratis, aku harus siap melayani paman setiap
kali dia menginginkannya ..paman jugalah yang menjual ku kepada sorang laki
laki yang tak pantas disebut suami …kemudian aku lari kejalanan, hidup dari lelaki
satu ke lelaki lain.
saya adalah seorang pelacur yang sukses.
Karna saya tak punya keinginan untuk menghina tubuh saya dengan
harga rendah khususnya setelah saya terbiasa dibayar sangat mahal untuk
pelayanan apa pun bentuknya yang harus saya berikan.
Saya tahu bahwa profesiku ini telah diciptakan
oleh lelaki, dan bahwa lelaki menguasai dua dunia kita, di bumi ini,dan yang di
alam baka.
Bahwa lelaki memaksa perempuan menjual
tubuh rnereka dengan harga tertentu, dan bahwa
tubuh yang paling murah dibayar adalah
tubuh sang isteri.
Semua perernpuan adalah pelacur dalam
satu atau lain bentuk.
Karena saya seorang yang cerdas, saya
lebih menyukai menjadi seorang pelacur dari pada menjadi seorang isteri yang
diperbudak
Psikiater : apakah kamu pernah mencoba
kerja yang lebih baik …lebih terhormat ??? …
Firdaus
: pernah sebagai seorang karyawati rendahan disebuah perusahan besar..
selama tiga tahun bekerja pada perusahaan itu,akhirnya saya
menyadari, bahwa sebagai pelacur saya telah dipandang
dengan lebih hormat, seorang
karyawati akan takut kehilangan pekerjaannya kemudian rela menjadi seorang
pelacur karena ingin mengamankan pekerjaanya …dia tidak mengerti bahwa kehidupan
seorang pelacur pada kenyataannya lebih baik dari kehidupan mereka
Seorang pelacur slalu mengatakan
ya, dan kemudian menyebutkan harganya. Bila ia mengartakan tidak, ia berhenti menjadi
pelacur.
Psikiater : Apakah
hidup mengajarimu untuk membunuh?"
Firdaus : "Ya, tentu saja:
Psikiater : "Dan apakah kau telah
membunuh seseorang?"
Firdaus : "Ya,
Psikiater : , "$aya tak dapat
percaya bahwa orang macam kau ini dapat membunuh."
Firdaus : "Mengapa tidak?"
Psikiater : "Karena kau terlalu
lembut."
Firdaus : "Dan siapa bilang bahwa
untuk membunuh tidak diperlukan
sifat lembut?"
Psikiater : ·Saya tak dapat percaya
bahwa kau mampu membunuh seseorang,
Firdaus : Tiada seorang pun yang tahan
lerhadap penolakan, Maka tiap kali
saya berkata tidak, lelaki itu akan
mendesak sampai berapa tingginya pun harga saya naikkan, , dan malahan orang orang
yang penting pun bersaing untuk disenangi oleh saya.. Saya telah menjadi seorang
pelacur yang sangat sukses Saya menerima bayaran yang paling mahal
Tapi Saya bukannya seorang pelacur
dalam arti
yang sepenuhnya,
Pada suatu hari seorang tokoh yang amat
penting dari suatu
negara asing mendengar tentang saya. la
mengatur demikian
rupa sehingga ia dapat melihat saya
tanpa saya ketahui. Segera
setelah itu ia memesan saya, tetapi
saya menolak untuk datang.
Penolakan saya telah membuatnya semakin
sungguh sungguh
untuk memperoleh kemenangan atas diri
saya.
Setiap hari ia akan mengirim seorang
petugas dari kepolisian, dan
setiap kali orang ini akan mencoba
cara-cara pendekatan yang
berbeda. Tetapi saya meneruskan penolakan
saya. Pada suatu
ketika ia menawarkan saya uang. Di lain
kesempatan dia
mengancam saya dengan penjara.
Psikiater : bukannya kamu seorang “maaf pel…
Firdaus : pelacur??? …. Dokter kita semua adalah pelacur yang menjual diri
dengan macam-macam nama dan harga ..
Polisi penjara : menolak
seorang Kepala Negara dapat dipandang sebagai suatu penghinaan
Firdaus : saya tak tahu apa-apa
mengenai patriotisme, bahwa
negeri saya bukan saja tidak memberi
apa-apa, tetapi juga telah
mengambil segalanya yang seyogyanya
saya miliki, termasuk
kehormatan dan martabat saya
Polisi penjara : tapi ini perintah, dan
setiap perintah yang diberikan dapat dinilai sebagai tugas nasional yang
bersifat suci.
Firdaus : Apakah dia membawa saya ke
penjara, ataukah ke tempat
tidur orang penting itu, bagi dia sama
saja.
di mana terkait soal tugas nasional,
seorang pelacur
dapat diberikan penghormatan tertinggi
dan pembunuhan
dapat menjadi suatu perbuatan yang
heroik.
Saya menolak untuk pergi ke lelaki
macam ini. Tubuh saya
adalah milik saya sendiri,
Polisi penjara : omong kosong, kau berbicara tanpa bukti …
Firdaus : bukti!! Bukti katamu …
(sambil melangkah mengambil tupukan Koran dan menghempaskannya kehadapan polisi
penjara) .. lihat..lihat lah ini bukti..lihat ( meludahi Koran) Dengan
mudahnya saya meludahi muka-muka dan kata-kata penuh kebohongan itu, meludahi
surat-surat kabar penuh kebohongan itu.
Psikiater : lalu bagaimana kamu bisa membunuhnya ???
Firdaus : Di suatu hari pada sebuah
jamuan makan, ada seorang laki laki mengajak saya untuk ikut bersamanya ..dan
bersedia membayar harga berapapun juga..Saya menatap matanya dalam-dala m. Saya
dapat mengetahui bahwa ia adalah seorang pangeran atau dari keluarga kerajaan,
karena ada rasa takut yang memantul dari lubuk hati saya Maka "Saya
terima:
Di atas tempat tidur mewah yang lembut,
saya menutup
mata dan membiarkan tubuh saya
melepaskan diri dari saya.
Tubuh itu masih muda dan bersemangat,
cukup kuat untuk
bertahan, cukup bertenaga untuk
melawan.
Saya merasakan tubuhnya menindih dada
saya, berat karena usianya, bengkak dengan keringat yang tertahan.
Tubuh yang penuh dengan daging karena
makan melebihi yang diperlukan, di luar batas kerakusannya.
Bunyi derik
semakin keras di bawah berat badan
Kami,, kami saling
berpelukan, bergumul satu sarna lainnya, saling mendekat dan menjauh di dalam
gerakan berkesinambungan yang segera beralih menjadi
getaran-getaran
yang hampir gila, dengan kecepatan yang
aneh,
menggoyang-goyangkan tempat tidur dengan
ganasnya, dengan
getaran binatang buas yang kehabisan napas. Lantai pun seakan-akan ikut
bergoyang dan
terengah-engah. dengan irama yang kegila
Goyangan-goyangan
yang ganas itu naik ke kepala saya.
Dalam setiap gerakan, ia tetap
mengulangi pertanyaan yang dungu :
"Apakah kau merasa nikmat?"
Saya memejamkan mata saya dan berkata,
"Ya."
Setiap kali ia merasakan senang seperti
orang dungu yang kesenangan, dan mengulangi pertanyaan tadi dengan napas terengah-engah
dan setiap kali saya berikan jawaban yang
sama: "Ya."
Dengan berlalunya waktu, kedunguannya
bertambah dan dengan demikian keyakinannya bahwa penegasan saya' berulang-ulang
tentang nikmat itu adalah benar. Setiap kali say a berkata "ya" dia
berseri-seri melihat saya seperti seorang tolol, dan sejenak kemudian saya
dapat merasakan beban tubuhnya semakin berat menindih, badan saya, lebih berat dari
yang sebelumnya. Saya tak tahan lagi, dan ketika ia akan mengulangi pertanyaan
yang dungu itu, saya membentak dengan marahnya:
"Tidak."
Saya amat marah kepadanya. Saya rebut
uang kertas dari tangannya dan mencabik-cabiknya menjadi serpihan-serpihan kecil
dengan amat marahnya.
Seakan-akan saya sedang
rnenghancurkan semua uang yang pernah
saya miliki, uang dari Ayah, Paman, Dan
sekaligus menghancurkan semua lelaki yang pernah saya kenal satu demi satu
berturut-turut;
meyakinkan bahwa tak ada satu pun bekas
peninggalan mereka itu yang akan tersisa.
PSikiater : ·Saya tak dapat percaya
bahwa kau mampu membunuh seseorang,
jangankan seekor nyamuk pun."
Firdaus : "Saya tak akan membunuh
seekor nyamuk, tetapi saya dapat membunuh seorang lelaki."
la sekali lagi memandang saya, tetapi
kali ini hanya cepat
sekali, kemudian berkata, ·Saya tak
percaya itu."
"Bagaimana saya dapat meyakinkanmu
bahwa apa yang
kukatakan itu benar?"
Psikiater : Saya benar-benar tak tahu
bagaimana kau dapat melakukan itu."
Firdaus : saya angkat tangan saya
tinggi-tinggi di atas kepala
saya dan mendaratkannya dengan keras
pada mukanya.
Lalu Menancapkan sebilah pisau di lehernya
,ketika ia melihat kepada saya, matanya
penuh
dengan rasa takut. Sekarang dia percaya
bahwa saya benar-benar mampu untuk membunuhmu, karena
dia tidak lebih baik daripada seekor
serangga, dan apa yang
dia perbuat hanyalah menghabiskan uang
beribu-ribu yang
dia ambil dari rakyatnya yang mati
kelaparan untuk diberikan
kepada pelacur."
Sebelum saya sempat mengangkat kembali
tangan saya ke
atas, ia berteriak dalam keadaan panik
seperti seorang
perempuan dalam kesulitan. Dia tidak
berhenti berteriak
sampai polisi tiba di tempat itu.
( Suasana hening, semua terdiam, sampai
keheniningan itu pecah oleh suara firdaus )
Polisi penjara : Kau penjahat. Kau
memang harus mati."
Firdaus : Setiap orang harus mati. Saya
lebih suka mati karena kejahatan yang
saya lakukan daripada mati untuk salah satu kejahatan yang kau lakukan."
Polisi penjara : Tapi "Kau
membunuh seorang lelaki."
Firdaus : Saya tahu apa sebabnya mereka itu begitu
takutnya kepada saya. Sayalah satu-satunya perempuan yang telah membuka kedok
mereka dan memperlihatkan muka kenyataan buruk mereka. Mereka menghukum saya
sampai mati bukan karena saya telah membunuh seorang lelaki tetapi karen mereka
takut untuk membiarkan saya hidup. Mereka tahu bahwa selama saya masih hidup
mereka tidak akan aman, bahwa saya akan membunuh mereka.
Hidup saya berarti kematian mereka.
Kematian saya berarti hidup mereka.
Psikiater : apakah kamu tidak takut
Firdaus ??
Firdaus : Takut ?? …. Merekalah
yang takut..tapi bukan kepada pisau saya. Tapi Kebenaran saya
itulah yang menakutkan mereka.
Kebenaran yang,menakutkan ini telah memberikan kepada saya kekuatan yang besar.
la melindungi saya dari rasa takut mati, Saya tak takut
apa-apa. Karena selama hidup itu adalah keinginan dan harapan, ketakutan kita
yang memperbudak kita. Kebebasan yang saya nikmati membuat mereka marah.
Psikiater : tapi "Ada harapan kamu
dibebaskan jika kamu mengirim surat permohonan kepada Presiden dan minta maaf
atas kejahatan yang kau lakukan."
Firdaus : "Tetapi saya tidak mau
dibebaskan, dan saya tidak mau minta pengampunan atas kejahatan saya. Apa yang disebut
kejahatan bukanlah kejahatan.
Jika saya keluar lagi dan memasuki
kehidupan yang menjadi milikmu, saya tidak akan berhenti membunuh. Jadi apa gunanya
saya menyampaikan permohonan pengampunan
kepada Presiden?"
tiba-tiba tampak
beberapa petugas kepolisian yang bersenjata.
Mereka
mengelilingi Firdaus dalam suatu lingkaran, dan
Seseorang di
antara mereka berkata: "Mari kita berangkat ... Waktumu sudah
tiba."
Kemudian jam berdenting, menandakan
eksekusi hukum mati kepada firdaus saatnya dilakukan …
Sipir dan Polisi penjara mebawa firdaus
keruang eksikusi tak lama berselang terdengar suara tembakan dan …..
semua hening …..
,Sayup sayup
terdengar suara firdaus :
kekuatan
kebenaran, sama liar, sama sederhananya
dan
sama ditakuti seperti maut,
tetapi
polos dan
lembut
seperti anak kecil yang belum belajar berdusta.
Oleh
karena dunia penuh dusta, ia harus membayar
harganya
dengan kematian.
SELESAI