Kamis, 28 Juni 2012

Perempuan Di Titik Nol


PEREMPUAN DI TITIK NOL
(Adaptasi dari Novel Nawal El Sadawi )

Tokoh :

-          Dokter Penjara (laki-laki)
-          Psikiater ( perempuan )
-          Polisi Penjara ( Laki-laki )
-          Firdaus ( perempuan )
-          Sipir 1
-          Sipir 2

Dokter penjara : "Anda tidak akan pernah menjumpai orang seperti dia
di dalam maupun di luar penjara ini. la menolak semua
pengunjung, dan tidak mau berbicara dengan siapa pun juga.
Biasanya ia tidak menyentuh makanan sama sekali, dan tetap
tidak tidur sampai pagi hari.
Psikiater :        Lalu apa yang dikerjakannya ??
Dokter Penjara : Kadang-kadang penjaga penjara
mengamati apabila dia sedang duduk sambil memandang
dengan kosong ke depan berjam-jam lamanya. Suatu hari ia
minta sebuah pena dan kertas, kemudian ia habiskan waktu
berjam-jam lamanya dengan membungkuk di atas pena dan
kertas itu tanpa bergerak. Si penjaga tidak dapat mengatakan
apakah ia menulis sebuah surat atau berbuat yang lainnya.
Barangkali ia sama sekali tidak menulis apa-apa."
Psikiater: "Apakah ia mau bertemu dengan saya?"

Dokter Penjara : Saya akan mencoba membujuknya untuk berbicara
dengan Anda barang sesaat, Mungkin ia setuju
jika saya jelaskan bahwa Anda adalah seorang psikiater,
dan bukan salah seorang pembantu Jaksa Penuntut Umum.

Psikiater : “kenapa ?? ..

Dokter Penjara : la menolak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya.
Malahan ia pun menolak untuk menandatangani permohonan
kepada Presiden supaya dengan begitu hukumannya dapat
diubah menjadi hukuman kurungan badan seumur hidup."

Psikiater : Siapakah yang membuat surat permohonan itu untuknya?"


Dokter Penjara : Sayalah yang membuatnya,,Terus terang
sesungguhnya saya merasa bahwa dia bukan pembunuh. Bila
Anda memandang muka, matanya, Anda tak pernah akan
percaya, bahwa seorang wanita yang begitu lemah-Iembut dapat
membunuh."

Psikiater : "Siapa bilang bahwa suatu pembunuhan tidak menghendaki
seseorang yang lemah-Iembut?"

Dokter Penjara : ( memandang kepada saya dengan sikap heran sekejap
lamanya, dan kemudian tertawa gelisah.)
"Pernahkah Anda membunuh seseorang?"

Psikiater : "Apakah saya seorang wanita lemah-Iembut?"

Dokter Penjara : ( memalingkan kepalanya ke satu sisi, menunjuk pada
sebuah jendela yang amat kecil, dan berkata,)  "Itulah selnya.
Saya akan pergi ke sana dan berusaha membujuknya supaya
datang dan menemui Anda."

Tak lama kemudian ia kembali tanpa dia. Firdaus telah
menolak untuk menemui anda …

Psikiater : bisakah saya milihat keadaan sel firdaus ( minta izin kepada Polisi penjara )

Polisi Penjara  : "Tiada gunanya, Dokter. la tidak akan mau menemui Anda."

Psikiater : "Mengapa?"

Polisi Penjara : "Mereka akan menggantungnya beberapa hari lagi. Apa
gunanya Anda, atau orang lain bagi dia? Biarkan saja dia!"
(Ada nada marah dalam suaranya. la melihat pada saya
dengan pandangan marah)

Psikiater : Saya sama sekali tidak berurusan dengan para penguasa,
baik di tempat ini maupun di tempat yang lain,"

Polisi penjara : "Itulah yang selalu mereka katakan semua," ( dengan sikap marah.)

Psikiater : "Apa sebabnya kau naik pitam?"

Polisi penjara : "Kau piker Firdaus itu tidak bersalah, bahwa dia tidak membunuh orang
itu?" ( menjawab dengan sikap yang lebih galak)

Psikiater : "Pembunuh atau bukan, dia adalah seorang wanita yang tidak bersalah dan
dia tak perlu dihukum mati. Mereka itulah orang-orangnya yang harus dihukum mati."

Polisi penjara : "Mereka?  Siapakah mereka itu?"
la melihat kepada saya dengan sikap curiga dan berkata,
"Lebih baik Anda katakan kepada saya, siapa sebenarnya Anda
ini? Apakah mereka itu yang mengirim Anda kemari?"

Psikiater : "Siapa yang Anda maksud dengan 'mereka'?"

Polisi penjara :( la melihat keliling dengan hati-hati, hampir ketakutan, dan melangkah, mundur menjauh )
'''Mereka' ... Maksud Anda mengatakan bahwa Anda
tidak kenal mereka itu?"

Psikiater : "Tidak,"

Polisi penjara : (mengeluarkan bunyi tertawa yang pendek dan penuh ejekan sambil berlalu dan mendengar ia bergumam kepada dirinya sendiri):
"Bagaimana mungkin bahwa ia sendiri saja yang tidak mengenal mereka?"

Tak lama kemudian Dokter penjara kembali tanpa dia.

Dokter penjara : “Firdaus telah menolak untuk menemui anda …( berlalu meninggalkan panggung )

Psikiater : (tampak gusar dan kecewa ) "Wanita macam apa dia? Sejak dia menolak saya, apakah
hal itu berarti bahwa dia adalah pribadi yangrlebih'baik dari saya? lagi pula, dia pun menolak untuk mengirim permohonan kepada Presiden supaya melindunginya dari hukuman mati …
Apakah itu merupakan tanda bahwa dia lebih baik dari Kepala Negara?"
(sambil merapikan barang bawaan dan bersiap untuk pergi)

Pada saat Psikiater berjalan hendak keluar panggung, datnag seorang sipir dari belakang panggung..

Sipir  : Dokter…dokter ( mehampir Psikiater dengan nafas terengah engah engah)… Firdaus Dokter .. Firdaus dia ingin bertemu dengan anda …

Psikiater :"Apakah Firdaus berkata kepada Anda bahwa dia mengenal saya?"

Sipir  : "Tidak, ia tidak mengatakan apa-apa,"  Tetapi dia mengenal Anda..

Psikiater : "Bagaimana Anda tahu, bahwa dia mengenal saya?"

Sipir  : "Saya dapat menerka perasaannya.

Psikiater berdiri terpaku seperti berubah menjadi batu. Sipir berjalan meninggalkan untuk menjemput firdaus .



Firdaus : B IARKAN SAYA BERBICARA jangan memotong pembicaraan
saya. Saya tak punya waktu untuk mendengarkan
Anda. Mereka akan datang menjemput saya pukul enam malam ini. Besok pagi saya tak akan berada di sini lagi.
Saya juga tidak akan berada di tempat mana pun yang diketahui orang.
Pejalanan ke suatu tempat yang tak seorang pun di dunia ini tahu letaknya, memenuhi diri saya dengan rasa bangga. Seumur hidup saya telah mencari sesuatu yang akan mengisi diri saya dengan perasaan bangga, membuat saya merasa lebih unggul dari siapa pun juga, terrnasuk para raja, pangeran dan
para penguasa.
Psikiater : baiklah..bicaralah …

Ayah saya seorang petani miskin, yang tak dapat membaca maupun menulis, sedikit pengetahuannya dalam kehidupan. Bagaimana  caranya bertanam, bagaimana ia menjual kerbau yang lelah diracun oleh musuhnya sebelum mati, dan bagaima ia menukar anak gadisnya dengan imbalan maskawin ..tapi pamanlah yang mebesarkan saya, tapi semua itu tidak saya dapatkan secara geratis, aku harus siap melayani paman setiap kali dia menginginkannya ..paman jugalah yang menjual ku kepada sorang laki laki yang tak pantas disebut suami …kemudian aku lari kejalanan, hidup dari lelaki satu ke lelaki lain.

saya adalah seorang pelacur yang sukses. Karna saya tak punya keinginan untuk menghina tubuh saya dengan harga rendah khususnya setelah saya terbiasa dibayar sangat mahal untuk pelayanan apa pun bentuknya yang harus saya berikan.

Saya tahu bahwa profesiku ini telah diciptakan oleh lelaki, dan bahwa lelaki menguasai dua dunia kita, di bumi ini,dan yang di alam baka.
Bahwa lelaki memaksa perempuan menjual tubuh rnereka dengan harga tertentu, dan bahwa
tubuh yang paling murah dibayar adalah tubuh sang isteri.

Semua perernpuan adalah pelacur dalam satu atau lain bentuk.
Karena saya seorang yang cerdas, saya lebih menyukai menjadi seorang pelacur dari pada menjadi seorang isteri yang diperbudak

Psikiater : apakah kamu pernah mencoba kerja yang  lebih baik …lebih terhormat  ??? 

Firdaus  : pernah sebagai seorang karyawati rendahan disebuah perusahan besar.. selama tiga tahun bekerja pada perusahaan itu,akhirnya saya menyadari, bahwa sebagai pelacur saya telah dipandang dengan lebih hormat,  seorang karyawati akan takut kehilangan pekerjaannya kemudian rela menjadi seorang pelacur karena ingin mengamankan pekerjaanya …dia tidak mengerti bahwa kehidupan seorang pelacur pada kenyataannya lebih baik dari kehidupan mereka
Seorang pelacur slalu mengatakan ya, dan kemudian menyebutkan harganya. Bila ia mengartakan tidak, ia berhenti menjadi pelacur.

Psikiater : Apakah hidup mengajarimu untuk membunuh?"

Firdaus : "Ya, tentu saja:

Psikiater : "Dan apakah kau telah membunuh seseorang?"

Firdaus : "Ya,

Psikiater : , "$aya tak dapat percaya bahwa orang macam kau ini dapat membunuh."

Firdaus : "Mengapa tidak?"

Psikiater : "Karena kau terlalu lembut."
Firdaus : "Dan siapa bilang bahwa untuk membunuh tidak diperlukan
sifat lembut?"

Psikiater : ·Saya tak dapat percaya bahwa kau mampu membunuh seseorang,

Firdaus : Tiada seorang pun yang tahan lerhadap penolakan, Maka tiap kali
saya berkata tidak, lelaki itu akan mendesak sampai berapa tingginya pun harga saya naikkan, , dan malahan orang orang yang penting pun bersaing untuk disenangi oleh saya.. Saya telah menjadi seorang pelacur yang sangat sukses Saya menerima bayaran yang paling mahal
Tapi Saya bukannya seorang pelacur dalam arti
yang sepenuhnya,
Pada suatu hari seorang tokoh yang amat penting dari suatu
negara asing mendengar tentang saya. la mengatur demikian
rupa sehingga ia dapat melihat saya tanpa saya ketahui. Segera
setelah itu ia memesan saya, tetapi saya menolak untuk datang.
Penolakan saya telah membuatnya semakin sungguh sungguh
untuk memperoleh kemenangan atas diri saya.
Setiap hari ia akan mengirim seorang petugas dari kepolisian, dan
setiap kali orang ini akan mencoba cara-cara pendekatan yang
berbeda. Tetapi saya meneruskan penolakan saya. Pada suatu
ketika ia menawarkan saya uang. Di lain kesempatan dia
mengancam saya dengan penjara.

Psikiater : bukannya kamu seorang “maaf pel…
Firdaus : pelacur??? …. Dokter  kita semua adalah pelacur yang menjual diri dengan macam-macam nama dan harga ..
Polisi penjara : menolak seorang Kepala Negara dapat dipandang sebagai suatu penghinaan

Firdaus : saya tak tahu apa-apa mengenai patriotisme, bahwa
negeri saya bukan saja tidak memberi apa-apa, tetapi juga telah
mengambil segalanya yang seyogyanya saya miliki, termasuk
kehormatan dan martabat saya
Polisi penjara : tapi ini perintah, dan setiap perintah yang diberikan dapat dinilai sebagai tugas nasional yang bersifat suci.

Firdaus : Apakah dia membawa saya ke penjara, ataukah ke tempat
tidur orang penting itu, bagi dia sama saja.
di mana terkait soal tugas nasional, seorang pelacur
dapat diberikan penghormatan tertinggi dan pembunuhan
dapat menjadi suatu perbuatan yang heroik.
Saya menolak untuk pergi ke lelaki macam ini. Tubuh saya
adalah milik saya sendiri,
Polisi penjara : omong kosong, kau berbicara tanpa bukti …
Firdaus : bukti!! Bukti katamu … (sambil melangkah mengambil tupukan Koran dan menghempaskannya kehadapan polisi penjara) .. lihat..lihat lah ini bukti..lihat ( meludahi Koran) Dengan mudahnya saya meludahi muka-muka dan kata-kata penuh kebohongan itu, meludahi surat-surat kabar penuh kebohongan itu.

Psikiater : lalu bagaimana kamu bisa membunuhnya ???
Firdaus : Di suatu hari pada sebuah jamuan makan, ada seorang laki laki mengajak saya untuk ikut bersamanya ..dan bersedia membayar harga berapapun juga..Saya menatap matanya dalam-dala m. Saya dapat mengetahui bahwa ia adalah seorang pangeran atau dari keluarga kerajaan, karena ada rasa takut yang memantul dari lubuk hati saya Maka "Saya terima:

Di atas tempat tidur mewah yang lembut, saya menutup
mata dan membiarkan tubuh saya melepaskan diri dari saya.
Tubuh itu masih muda dan bersemangat, cukup kuat untuk
bertahan, cukup bertenaga untuk melawan.
Saya merasakan tubuhnya menindih dada saya, berat karena usianya, bengkak dengan keringat yang tertahan.
Tubuh yang penuh dengan daging karena makan melebihi yang diperlukan, di luar batas kerakusannya.
Bunyi derik semakin keras di bawah berat badan
Kami,, kami saling berpelukan, bergumul satu sarna lainnya, saling mendekat dan menjauh di dalam gerakan berkesinambungan yang segera beralih menjadi
getaran-getaran yang hampir gila, dengan kecepatan yang
aneh, menggoyang-goyangkan tempat tidur dengan
ganasnya, dengan getaran binatang buas yang kehabisan napas. Lantai pun seakan-akan ikut
bergoyang dan terengah-engah. dengan irama yang kegila
Goyangan-goyangan yang ganas itu naik ke kepala saya.

Dalam setiap gerakan, ia tetap mengulangi pertanyaan yang dungu :
"Apakah kau merasa nikmat?"
Saya memejamkan mata saya dan berkata, "Ya."
Setiap kali ia merasakan senang seperti orang dungu yang kesenangan, dan mengulangi pertanyaan tadi dengan napas terengah-engah dan setiap kali saya berikan jawaban yang
sama: "Ya."
Dengan berlalunya waktu, kedunguannya bertambah dan dengan demikian keyakinannya bahwa penegasan saya' berulang-ulang tentang nikmat itu adalah benar. Setiap kali say a berkata "ya" dia berseri-seri melihat saya seperti seorang tolol, dan sejenak kemudian saya dapat merasakan beban tubuhnya semakin berat menindih, badan saya, lebih berat dari yang sebelumnya. Saya tak tahan lagi, dan ketika ia akan mengulangi pertanyaan yang dungu itu, saya membentak dengan marahnya:
"Tidak."
Saya amat marah kepadanya. Saya rebut uang kertas dari tangannya dan mencabik-cabiknya menjadi serpihan-serpihan kecil dengan amat marahnya.
Seakan-akan saya sedang
rnenghancurkan semua uang yang pernah saya miliki, uang dari Ayah, Paman,  Dan sekaligus menghancurkan semua lelaki yang pernah saya kenal satu demi satu berturut-turut;
meyakinkan bahwa tak ada satu pun bekas peninggalan mereka itu yang akan tersisa.

PSikiater : ·Saya tak dapat percaya bahwa kau mampu membunuh seseorang,
jangankan seekor nyamuk pun."

Firdaus : "Saya tak akan membunuh seekor nyamuk, tetapi saya dapat membunuh seorang lelaki."
la sekali lagi memandang saya, tetapi kali ini hanya cepat
sekali, kemudian berkata, ·Saya tak percaya itu."
"Bagaimana saya dapat meyakinkanmu bahwa apa yang
kukatakan itu benar?"

Psikiater : Saya benar-benar tak tahu bagaimana kau dapat melakukan itu."

Firdaus : saya angkat tangan saya tinggi-tinggi di atas kepala
saya dan mendaratkannya dengan keras pada mukanya.
Lalu  Menancapkan sebilah pisau di lehernya
,ketika ia melihat kepada saya, matanya penuh
dengan rasa takut. Sekarang dia percaya bahwa saya benar-benar mampu untuk membunuhmu, karena
dia tidak lebih baik daripada seekor serangga, dan apa yang
dia perbuat hanyalah menghabiskan uang beribu-ribu yang
dia ambil dari rakyatnya yang mati kelaparan untuk diberikan
kepada pelacur."
Sebelum saya sempat mengangkat kembali tangan saya ke
atas, ia berteriak dalam keadaan panik seperti seorang
perempuan dalam kesulitan. Dia tidak berhenti berteriak
sampai polisi tiba di tempat itu.


( Suasana hening, semua terdiam, sampai keheniningan itu pecah oleh suara firdaus )

Polisi penjara : Kau penjahat. Kau memang harus mati."

Firdaus : Setiap orang harus mati. Saya lebih suka  mati karena kejahatan yang saya lakukan daripada mati untuk salah satu kejahatan yang kau lakukan."

Polisi penjara : Tapi "Kau membunuh seorang lelaki."

Firdaus :  Saya tahu apa sebabnya mereka itu begitu takutnya kepada saya. Sayalah satu-satunya perempuan yang telah membuka kedok mereka dan memperlihatkan muka kenyataan buruk mereka. Mereka menghukum saya sampai mati bukan karena saya telah membunuh seorang lelaki tetapi karen mereka takut untuk membiarkan saya hidup. Mereka tahu bahwa selama saya masih hidup mereka tidak akan aman, bahwa saya akan membunuh mereka.
Hidup saya berarti kematian mereka. Kematian saya berarti hidup mereka.

Psikiater : apakah kamu tidak takut Firdaus ??

Firdaus : Takut ?? …. Merekalah yang takut..tapi bukan kepada pisau saya. Tapi Kebenaran saya
itulah yang menakutkan mereka. Kebenaran yang,menakutkan ini telah memberikan kepada saya kekuatan yang besar. la melindungi saya dari rasa takut mati, Saya tak takut apa-apa. Karena selama hidup itu adalah keinginan dan harapan, ketakutan kita yang memperbudak kita. Kebebasan yang saya nikmati membuat mereka marah.

Psikiater : tapi "Ada harapan kamu dibebaskan jika kamu mengirim surat permohonan kepada Presiden dan minta maaf atas kejahatan yang kau lakukan."

Firdaus : "Tetapi saya tidak mau dibebaskan, dan saya tidak mau minta pengampunan atas kejahatan saya. Apa yang disebut kejahatan bukanlah kejahatan.

Jika saya keluar lagi dan memasuki kehidupan yang menjadi milikmu, saya tidak akan berhenti membunuh. Jadi apa gunanya saya menyampaikan permohonan pengampunan
kepada Presiden?"


tiba-tiba tampak beberapa petugas kepolisian yang bersenjata.
Mereka mengelilingi Firdaus dalam suatu lingkaran, dan

Seseorang di antara mereka berkata: "Mari kita berangkat ... Waktumu sudah tiba."


Kemudian jam berdenting, menandakan eksekusi hukum mati kepada firdaus  saatnya dilakukan …
Sipir dan Polisi penjara mebawa firdaus keruang eksikusi tak lama berselang terdengar suara tembakan dan …..
semua hening …..


,Sayup sayup terdengar suara firdaus :

kekuatan kebenaran, sama liar, sama sederhananya
dan sama ditakuti seperti maut,
tetapi polos dan
lembut seperti anak kecil yang belum belajar berdusta.
Oleh karena dunia penuh dusta, ia harus membayar
harganya dengan kematian.


SELESAI